Paes Ageng Kanigaran Yogyakarta
Setelah ngalami
sendiri mengenakan busana Paes Ageng Kanigaran waktu merit (busana ini atas usulan dan pinginan ndoro ayuku), tiba-tiba dalam
lubuk hati guehh yang valing dalam muncul rasa penasaran, pingin tau lebih jauh tentang
busana pengantin khas kebesaran kraton Jogja dan Solo ini. Mungkin bagi orang Jawa khususnya warga
Jogja dan Solo pasti nggak asing, sesekali pasti pernah melihat busana
pengantin ini saat menghadiri resepsi, kecuali para Jones akut yang terserang sindrom paranoid
anti kondangan, dengan motto-nya 'lebih baik nitip amplop sama temen daripada mati baper dilokasi
resepsi' haha.. Konon busana Paes Ageng ini
dulu hanya boleh dipakai para raja dan permaisuri di lingkungan kraton kasultanan Yogyakarta
dan Solo saat diadakan upacara-upacara besar Kraton. Namun sejak masa
Sri Sultan Hamengkubuwono ke IX busana kebesaran raja ini mulai diperbolehkan
dipakai masyarakat biasa sebagi busana pengantin.
Sakral, mewah, cantik, anggun dan gagah itu kesan setelah pengantin putri dan putra
mengenakannya, namun butuh ekstra kesabaran dan fisik yang fit full strong untuk memakainya. bayangin aja,
tukang riasnya saja butuh waktu 3-5 jam untuk dandanin paes ageng ini secara detail dari a-z nya karena SOP nya
yang njlimet, terutama waktu merias pengantin putri.
Proses rias Paes Ageng ini ada tiga tahapan yang harus dilalui kususnya untuk pengantin putri yaitu, rias bagian
kepala, make up wajah, dan busananya. Tapi ada yang unik selain riasan wajahnya yang detail adalah kain dodotnya/semacam kain kemben gituh,. Panjang kain dodot yang
dibalutkan ke badan bisa mencapai 5 meter dan lebar 2 meteran padahal kainnya cukup tebal plus ada batik-batik tebal bertinta emas, Cara pakainya
pun super rumit karena ada pakem-pakem yang harus dipenuhi alias tidak
boleh sembarangan memasangnya. konon dulu si perias juga harus berpuasa
terlebih dulu sebelum memakaikan busana ini, katanya sih untuk pembersihan jiwa
agar muncul aura positif bagi siapa yang didandani denga paes ageng ini.
Proses merias ndoro ayuku haha..
Nah.. yang kasihan ntu bini gue, banyak pernak pernik yang harus dipakai, dari tata rias wajah
yang lama banget hingga prosesi pemakaian kain dodotnya, belum lagi sanggul
segede batu kali yang beratnya bisa mencapai 1,5 kg lebih yang berisi potongan
potongan kecil daun pandan nempel kenceng banget dikepalanya. Berat kain yang
gue pakai saja mungkin berkisar 5 kg-an apalagi yang dikenakan bini gue mungkin bisa
capai 7 kg lebih, busyeet..bayangin bro/sis, habis itu kita disuruh berdiri selama hampir 4 jam di
pelaminan, pantesan kalo bini gue habis acara resepsi
langsung pingsan haha.. oiya kata mbak-mbak tukang rias ada beberapa perbedaan
pakem antara Paes Ageng untuk kraton Jogja dan kraton Solo, tapi sekilas sih mirip-mirip
saja kalo bagi orang awam, tapi bagi dunia paes perpaesan itu sangat penting diperhatikan dan nampak jelas perbedaannya, karena menyangkut dedikasi dan keprofesionalan sang perias, biarlah cukup mereka saja yang tau, intinya gue cukup merasakan sekali ini saja
mengenakan busana seperti ini, ribet rumit tapi berkesan sih, setidaknya gue pernah
merasakan menjadi raja dan permaisuri, meski sehari hehe.. waktu itu gue dan bini sempet mengeluh
betapa melelahkan memakai busana kebesaran ini, tapi mbak-mbak
tukang riasnya bilang sambil senyum-senyum manis gitu,.katanya itu ada filosofinya mas-mbak..biar pengantinnya "kapok"
karena harapannya orang menikah itu cukup
sekali saja seumur hidup, jadi memang bener sehari itu kita seperti dibikin kapok dengan
pakaian yang kita kenakan karena saking beratnya..seolah busana kebesaran raja itu berpesan kepada gue
dan bini gue,..cukuplah pakai ”aku” sekali ini saja, kalian jangan pakai aku lagi sampai kalian menjadi kaki-kaki dan nini-nini bersama..dalem banget maknanya.. jadi mungkin dulu untuk menjadi seorang raja dan permaisuri memang dituntut harus kuat, berwibawa, gagah, bijaksana seagung dan seindah busananya.
Next.. kita mulai bahas makna filosofinya nyuuk..
Motif batik semen raja kain dodot/Kampuh Kanigaran
Next.. kita mulai bahas makna filosofinya nyuuk..
ada beberapa makna
filosofi yang terkandung dalam Paes Ageng Kanigaran kraton Yogyakarta seperti
yang gue pakai waktu resepsi, mulai dari detail tata rias hingga pernak pernik
busananya:
Halup-halupan adalah proses dimana rambut dicukur untuk dasar riasan agar kelihatan bersih mukanya. Makna filosofinya bagus, untuk menghilangkan sifat-sifat buruk pada pengantin putri. Sayangnya proses tersebut menyisakan pitak bekas cukuran, sampe postingan ini dibuat bini gue belum tumbuh lagi rambut bekas cukurnya haha..
Halup-halupan adalah proses dimana rambut dicukur untuk dasar riasan agar kelihatan bersih mukanya. Makna filosofinya bagus, untuk menghilangkan sifat-sifat buruk pada pengantin putri. Sayangnya proses tersebut menyisakan pitak bekas cukuran, sampe postingan ini dibuat bini gue belum tumbuh lagi rambut bekas cukurnya haha..
Cengkorongan membentuk
wajah dengan pola teratai. Teratai melambangkan kesucian dan menandakan pengantin
masih suci. Cengkorongan dibagi menjadi 4 bagian simetris yaitu;
Pangunggul adalah harapan agar pengantin ditinggikan atau dihormati
Pangapit simbol pengawal pangunggul
Panitis memiliki makna agar orang harus teliti tidak mengambil segala sesuatu begitu saja dan bisa membedakan yang baik dan yang buruk.
Godheg merupakan pelengkap dibuat disisi kanan kiri wajah simetris dengan panunggul
kinjengan bubuk emas di tengah pangunggul disebut. Dalam bahasa Jawa kinjeng itu capung bermakna harapan yang dibawa adalah pengantin selalu ulet menjalani hidup laksana capung yang bergerak tanpa lelah.
Pangunggul adalah harapan agar pengantin ditinggikan atau dihormati
Pangapit simbol pengawal pangunggul
Panitis memiliki makna agar orang harus teliti tidak mengambil segala sesuatu begitu saja dan bisa membedakan yang baik dan yang buruk.
Godheg merupakan pelengkap dibuat disisi kanan kiri wajah simetris dengan panunggul
kinjengan bubuk emas di tengah pangunggul disebut. Dalam bahasa Jawa kinjeng itu capung bermakna harapan yang dibawa adalah pengantin selalu ulet menjalani hidup laksana capung yang bergerak tanpa lelah.
Citak adalah pola
berbentuk belah ketupat yang terletak di dahi di antara dua alis berasal dari
daun sirih. Digunakan untuk menolak bala.
Alis
menjangan ranggah yang bentuknya khas seperti tanduk rusa agar pengantin gesit dan
cekatan dalam menghadapi masalah hidup.
Jahitan berupa dua
garis hitam yang digambar dari ujung mata bersatu di ujung kepala. Pertanda
pusat pemikiran menjadi satu ke arah kepala sehingga diharapkan kedua pemikiran
pengantin bisa menjadi satu.
Sanggul bokor
mengkurep
yaitu sanggul yang diisi irisan daun pandan kemudian ditutup dengan rangkaian
melati. Perpaduan pandan dan melati membawa bau harum yang religius.
Dimaksudkan agar pengantin membawa nama harum bagi masyarakat.
Jebehan
sritaman
berupa rangkaian tiga bunga di kanan kiri sanggul berwarna merah kuning hijau.
Ceplok adalah
hiasan bunga di tengah sanggul yang diapit oleh dua bros
Gajah ngoling merupakan rangkaian melati yang dipasang di bawang sanggul agak menjorok ke kanan. Panjangnya sekitar 40cm. Rangkaian ini melambangkan kesucian, baik suci sebagai perempuan maupun suci dalam niat untuk menjalani kehidupan pernikahan yang sakral.
Gajah ngoling merupakan rangkaian melati yang dipasang di bawang sanggul agak menjorok ke kanan. Panjangnya sekitar 40cm. Rangkaian ini melambangkan kesucian, baik suci sebagai perempuan maupun suci dalam niat untuk menjalani kehidupan pernikahan yang sakral.
Raja keputren adalah nama
perhiasan paes ageng. Terdiri dari :
Pethat yang
dipasang di depan sanggul. Hiasan ini berupa sisir emas dengan bentuk seperti
gunung. Gunung melambangkan kesakralan. Juga merupakan tempat bersemayangnya
leluhur
Centhung berupa sisir kecil di kanan kiri pertemuan rambut dan wajah. Melambangkan gerbang, maksudnya pengantin telah siap memasuki gerbang kehidupan yang sebenarnya
Centhung berupa sisir kecil di kanan kiri pertemuan rambut dan wajah. Melambangkan gerbang, maksudnya pengantin telah siap memasuki gerbang kehidupan yang sebenarnya
Cunduk menthul sebanyak
lima rangkaian dipasang disanggul. Melambangkan empat arah mata angin dan satu
tujuan yaitu Tuhan yang maha Esa.
Sumping di telinga
dimaksudkan agar pengantin peka dan sensitif terhadap keadaan di sekitarnya.
Kemben ini baju
dasarnya, orang Jawa zaman dahulu busananya ya kemben ini
Kain dodot
atau kampuh yang lumayan berat. Ukurannya kira-kira 4-5 m x 2-3 m. Motifnya
semen raja membawa harapan berlangsungnya kehidupan rumah tangga yang saling
berbagi dan penuh cinta kasih serta diberikan kehidupan yang sejahtera seperti
raja. Kain ini dipasang dengan aturan khusus. Hanya perias ahli yang bisa
memasang langsung.
Udhet adalah
selendang kecil dipakaikan di pinggang. Selendang ini bermotif cinde
melambangkan sisik naga simbol kekuatan. Cinde juga merupakan penghargaan ke
Dewi Sri, dewi kesuburan Jawa. Harapan penggunaan atribut ini adalah pengantin
selalu diberikan kemakmuran dalam kehidupan.
Rangkaian
bunga pelengkap terdiri dari daun-daun puring, bunga patramenggala dan bunga
kamboja putih.
Perhiasan
raja keputren untuk badan terdiri dari :
Kalung susun sebanyak 3
melambangkan siklus kehidupan lahir, hidup dan meninggal
Gelang binggel kana yang melingkar tanpa ujung dan pangkal melambangkan kesetiaan tanpa batas
Kelat bahu yang dipasang di lengan berupa naga dengan kepala membelit satu sama lain. Naga ini merupakan perlambang bersatunya rasa dan pikiran sebagai sumber kekuatan dalam hidup.
Gelang binggel kana yang melingkar tanpa ujung dan pangkal melambangkan kesetiaan tanpa batas
Kelat bahu yang dipasang di lengan berupa naga dengan kepala membelit satu sama lain. Naga ini merupakan perlambang bersatunya rasa dan pikiran sebagai sumber kekuatan dalam hidup.
Pengantin laki-laki memakai kuluk
dikepalanya, merupakan topi khusus yang biasanya dibelakangnya ada rambutnya.
Rambutnya itu disebut ukel ngore lengkap dengan mentul kecil. Maksudnya
agar menyerupai pangeran. Zaman dulu Pangeran rambutnya panjang. Pengantin
putra tetap memakai kalung, gelang dan kelat bahu yang sama dengan pengantin
putri. Bahkan kain dodotnya sama, hanya aturan pemakaiannya berbeda plus
dilengkapi juga sabuk. Selain itu pengantin laki-laki akan dilengkapi dengan keris.
Keris itu senjata tradisional Jawa. Biasanya di beri bunga segar berupa melati,
mawar dan kanthil. Bunga mawar dan kenanga dengan ukuran lebih kecil akan
ditemukan di sumping pengantin putra.
Kabarnya bunga pengantin ini ada
magisnya, di percaya kalau bisa mencuri bunga yang ada pada pengantin maka
jodohnya akan segera dipertemukan. Kabarnya juga kalau yang ingin cepat
jodohnya adalah perempuan, maka bunga yang dicuri berasal dari pengantin laki-laki,
begitu sebaliknya. Asal jangan mencuri hati pengantinnya haha..
i love Jogja
(dari
berbagi sumber).
Permisi kak, kak saya ingin sedikit wawancara, boleh saya minta kontaknya kak? Untuk bahan skripsi.
BalasHapus